Iklan 3360 x 280
iklan tautan
Jiwa Patriot - Adegan kejar mengejar mobil dan sepeda motor ternyata tidak hanya milik film atau sinetron yang mengisahkan seorang pemuda tanggung dengan motor bututnya terseok-seok mengejar kekasih hatinya yang diculik oleh sekawanan berandalan, atau cerita holywood yang mengisahkan superhero bertopeng dan pakaian kulit hitam diatas motor super canggihnya sedang mengejar sekawanan perampok bank yang mengendarai Van keluaran mutakhir (Foto Cover: Ilustrasi kondisi jalan sepi dimalam hari dan Serda Nikolas Sandi Harewan mendapat penghargaan dari KASAD).
Kejadian serupa ternyata juga dialami secara nyata oleh seorang prajurit pemuda pemberani. Nicolas Sandi Harewan namanya. Pemuda kelahiran Jayapura ini ternyata seorang anggota TNI Angkatan Darat berpangkat Serda.
Baca Juga: Kisah Heroik Sertu SUPARLAN, Sang LONE SURVIVOR, RAMBO Sebenarnya. Bertempur Seorang Diri Sampai Mati.
Putra Papua yang baru selesai melaksanakan tugas menjadi anggota Tim Ekspedisi Katulistiwa Kopassus di Kalimantan ini sedang mengurus cuti tahunan untuk menengok orang tuanya yang berdomisili di bumi cendrawasih.
Berawal dari kehabisan tiket dan suara minta tolong
Kisah heroiknya bermula ketika pada tanggal 23 Juli 2012 pukul 19.45 WIB, Serda Nikolas Sandi Harewan bersama tunangannya pergi membeli tiket pesawat dengan tujuan Papua di Agen Biro perjalanan daerah Cawang Otista. Namun malam itu belum mendapat tiket, sehingga melanjutkan pencarian tiket ke daerah Jakarta Pusat.
Ketika melintas di Jl. Medan Merdeka Utara tepatnya didepan lapangan Banteng Jakarta Pusat, Sersan Nikolas yang sehari-hari menjadi organik Satuan-81 Kopassus ini mendengar suara perempuan minta tolong dari dalam mobil angkot yang sedang melaju kencang. Merasa curiga karena pada saat itu lampu didalam angkot dimatikan, Serda Nikolas Sandi langsug mengejar angkot tersebut dan melihat dari lampu sepeda motor yang dikendarainya ada 5 orang beserta sopir yang diduga akan melakukan percobaan perkosaan dan perampokan terhadap seorang penumpang (karyawati). Ia sempat melihat lima pelaku, dua di depan, dan tiga orang di belakang.
Nicolas mengatakan, dengan refleks dia kemudian mengejar angkot tersebut karena instingnya merasa telah terjadi pelanggaran tindak kriminal saat itu. Kondisi di dalam angkot dikatakannya dalam keadaan gelap karena lampu bagian dalam dimatikan.
"Saya ikuti angkot itu, kira-kira jarak tiga meter, saya lihat nomor polisinya saya hafalkan," ujarnya.
Melihat hal tersebut, tanpa mempedulikan keselamatannya, Serda Nicholas Sandi Harewan segera memepet angkot dan menarik tangan sopir hingga keluar dari jendela lalu menggertak sopir itu supaya segera menurunkan penumpang tersebut, karena takut sopir memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, dan terjadilah kejar mengejar antara Serda Nikolas Sandi dengan angkot yang berusaha meloloskan diri.
Sampai di depan Makostrad di Gambir, Jakarta Pusat, katanya, angkot tersebut masuk jalur busway, dan sempat terhenti karena ada sebuah taksi di depannya. "Ada taksi yang menghalangi angkot itu. Angkot berhenti saya dekati. Saya lempar pake helm, hanya tidak kena," kata Nicolas.
Merasa terdesak dikejar dan diteriaki oleh pengejarnya, tersangka melempar korban dari dalam angkot tepat di depan kantor Mahkamah Agung. Serda Nikolas Sandi meminta tunangannya tersebut untuk menolong penumpang seorang wanita yag sedang menangis ketakutan, sedangkan sopir dan 4 rekannya lansung kabur.
Baca Juga: Balada Sang Letnan KEBAL PELURU, MENANGIS Terisak Dipelukan Jendral Soedirman
"Waktu itu korban sudah di pinggir jalan, dalam keadaan terduduk, lagi nangis. Dalam keadaan shock berat, kerah bajunya sudah ke samping, tasnya juga sudah dalam keadaan acak. Saya coba tenangkan. Saya bilang 'Mbak tidak usah takut, Mbak sudah aman sekarang'," ungkap penembak runduk (sniper) Satuan 81 Antiteror Kopassus itu.
Pelaku saat itu sudah keburu kabur, Nicolas bersama tunangannya mengutamakan menyelamatkan korban. Saat itu, Nicolas kemudian menyetop taksi dan meminta tunangannya menemani korban. "Saya sama tunangan bawa korban ke Polsubsektor Gambir. Di sana saya diminta ke Polres Metro Jakarta Pusat untuk jadi saksi, saya dimintai keterangan dari jam 12 sampai jam 3 (Selasa dini hari)" tuturnya.
Berbekal laporan dari Serda Nikolas Sandi tentang ciri-ciri pelaku, kendaraan serta nomor Polisinya, Polisi segera mengejar kawanan tersebut.
4 rekan sopir angkot berhasil kabur dengan cara meloncat dari angkot di sekitaran Monas, Polisi tetap melanjutkan pengejaran pada angkot yang kabur dan akhirnya sopir angkot dapat ditangkap oleh Polisi di daerah Dukuh Atas Jakarta Pusat. Selanjutnya dengan berbekal laporan dari Serda Nicholas Sandi tersebut akhirnya satu persatu pelaku dapat ditangkap.
Mendapatkan penghargaan
Untuk keberaniannya tersebut, Serda Nicholas Sandi mendapat apresiasi dari berbagai pihak tidak terkecuali dari Pimpinan TNI Angkatan Darat. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan tindakan kepahlawanan yang melampaui panggilan tugasnya tanpa mempedulikan keselamatan jiwanya, Serda Nicholas Sandi mendapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) satu tingkat lebih tinggi dari sebelumnya yang diberikan dalam upacara dan dipimpin langsung waktu itu oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo.
Baca Juga:
Sumber: tniad.mil.id | megapolitankompas.com